Bonda
(Buat Pejuang Reformasi)
Bonda....
semalam
wajahmu tenang
tiada riak kocaknya
tiada keperitan mencula
kita berbicara...
tentang
cinta dan segala
tentang kepastian esoknya
dijangka milik kita
Diriba mu aku leka
menghitung pusaka
dan segala mal
kerlipan emas hitam
dan kilauan urainya
lengguk lenggaknya
melenggang cakah
terasa aku manusia gagah
sedang
masih lunak
dalam ulitan semalam
terasa bahang menampar
aku tersentak gila
lalu...
mengapa
bonda
tiba-tiba berubah rupa
seperti dipaut sengsara?
apakah yang tidak kenanya?
apakah lagi yang kita
maunya?
tidakkah bonda bangga
dalam dua dasawarsa
kita menjelma kaya? Itu..
yang berombak dilaut
bergegar didarat
bergetar dimaya
semuanya milik kita?
apakah
bonda tidak bersyukur
kita bangsa masyhur
dunia saksi...
kegemerlapan puncak
pelbagai
mega
mahligai bertasik hijau
gedung indah kotaraya
dan menara dua
kita yang
punya?
Iya.. rintih bonda
kita seperti ada segala
mengarus lupa mengurus leka
tingkah...
lesung dan alunya
seperti tiada sekata
dengung..
gong dan gendangnya
sumbang kelok iramanya
itu.....
mahligai
tasik hijau
gerbang kota batu
bersemayam suatu berhala
lidah bercabang tujuh
bisa
bikin
kita keliru kaku
yang ada sudah tiada
punah saptadarma lalu
sesat
saptamarga
itu..
sang dewataraya
merungkai bicara kita
bicara cinta
bicara
syurga dan neraka
lalu merunjam jiwa
hamba
segala mega...
derita sengsara dan air mata
esok lusa entah selamanya..
hiba bonda...
kita punya mega
hanya pada
bicara
kita punya dunia
hanya pada nama
kita punya jihad
hanya pada hakikat
kita
punya syurga
hanya pada rupa
saat ini....
seperti maut mendatang
aibnya bonda
dipalit arang sehitamnya
diperkosa noda sepuasnya
dicela cerca
semaunya
semua itu perkara gampang
memburai nafsu rakus
petualang jalang
seperti tiada duka
tiada detik hinanya
aduhai....
begitu dayusnya kita!
apakah
kota batu
dan menara gila
kita sudah tertuba?
apakah mahligai putra
dan
gedung perdana
kita sudah kaya?
o...itu bukan milik kita
milik dewataraya
milik
para semenda
kita?
berputih mata
kita tidak punya apa-apa
sebenarnya kita
sudah papa!
Duhai.....
ini bumi
pusaka
ini daerah kita
daerah permai
jejak perwira masih berbunga
darah pahlawan masih menyala
jangan..jangan...jangan biarkan
algojo maharajalela
gengamkan beras bekal
simpulmati maruah diri
ayuh!
itu..
dataran menggamit kita
rindunya untuk dibelai
dendangan para pejuang
jangan...jangan...jangan
biarkan
itu pariah menjadi raja
itu bangsa sahayanda
nyahkan!
kerana...
tiada
rupanya menjadi mulia
hadirnya...
membawa petaka
membuat kita gila
dan papa
kedana
Allahuakbar..Allahuakbar....Allahuakbar
Reformasi.....Reformasi......Reformasi
cik
siti
38000